Sunday, October 31, 2010


[Kompetisi Menulis]
Jakartabeat Music Writing Contest I
"Wajah Musik Indonesia"

Sejak era Bing Slamet membius para penggemar hingga gerakan indie menggebrak massa, musik Indonesia senantiasa menyajikan serpihan fenomena yang memikat untuk dicatat.

Jakartabeat.net mengundang mahasiswa di seluruh Indonesia untuk mengikuti kompetisi menulis musik yang baru pertama kali diadakan ini, berkontribusi pada peningkatan keragaman jurnalisme musik di Tanah Air, pun pada perkembangan musik Indonesia itu sendiri.

Apa yang bisa ditulis? Bisa tentang musisi, kelompok musik, perusahaan rekaman, album musik, produser, lirik lagu, radio yang mendedikasikan diri pada musik tertentu, komunitas fans genre tertentu, tentang toko musik/kaset/CD/piringan hitam legendaris di tempat Anda tinggal, komunitas indie di kota masing-masing, konser musik, hubungan politik dengan musik, dan apa saja, sejauh terkait dengan musik Indonesia, dari seluruh ragam genre dan lintas waktu.

Jakartabeat Music Writing Contest I juga bertujuan mengembangkan jurnalisme musik Indonesia pada teritori baru, melampaui pemahaman dan praktik jurnalisme musik yang hanya menyampaikan facts dan who’s who.

Tulisan sedapat mungkin mengikuti gaya tulisan Jakartabeat.net yang menekankan pada esai/feature, mengekspresikan pengalaman dan kecintaan pada musik, serta segala aspeknya. Peserta dipersilakan mengeksplorasi tulisan, tidak terbatas di rubrik musik, di http://www.jakartabeat.net.

KETENTUAN LOMBA

Peserta mengirimkan dua file: file pertama ialah tulisan yang diikutkan dalam lomba, file kedua berisi curriculum vitae (CV).

PESERTA

Mahasiswa program Strata 1 atau Diploma di seluruh kampus Indonesia.

PENULISAN NASKAH

- Tulisan diketik rapi, 1,5 spasi pada halaman kwarto, font Times New Roman 11 point.
- Panjang tulisan minimal 5 halaman, maksimal 8 halaman.
- Di pojok kiri atas, tuliskan nama dan nama kampus Anda.
- Peserta hanya bisa mengirimkan satu naskah.

PENULISAN CV

- Panjang CV cukup 1 halaman.
- Tiga informasi utama yang harus dicantumkan: (1) nama lengkap, (2) data kelahiran, (3) alamat lengkap.
- Tulis informasi pengalaman organisasi mahasiswa dan pengalaman menulis di media apa pun (bila ada).
- Cantumkan alamat blog pribadi Anda (bila punya).
- Di bagian bawah CV, tulis komentar pendek Anda tentang perkembangan jurnalisme musik di Indonesia.

PENAMAAN DAN PENGIRIMAN FILE

File naskah dan CV ditulis dalam format rtf.

Nama file naskah: nama Anda-judul naskah. Contoh: Agus Lirboyo-Iwan Fals, Kelahiran Baru Setelah Kematian Sang Anak
Nama file CV: nama Anda-CV. Contoh: Agus Lirboyo-CV.

File dikirim ke e-mail:
nuran@jakartabeat.net
cc: fakhri@jakartabeat.net

Subject: Jakartabeat Music Writing Contest I

DEADLINE

File paling lambat diterima pada Rabu, 5 Januari 2011, pukul 17.00 WIB.

PENGHARGAAN

Tiga pemenang terbaik akan diumumkan di Jakartabeat.net pada Senin, 31 Januari 2011.
  * Pemenang I memperoleh Rp 3 juta. 
  * pemenang II memperoleh Rp 2 juta. 
  * Pemenang III memperoleh Rp 1 juta. 
Ketiga pemenang ini juga akan bergabung menjadi kontributor Jakartabeat.net.

Seluruh naskah yang masuk jadi milik panitia dan mungkin dimuat di Jakartabeat.net (penulis akan diberi tahu via e-mail).

Informasi lebih jauh bisa diperoleh melalui dua e-mail di atas.

Keputusan dewan juri final dan tidak dapat diganggu-gugat.

TENTANG JAKARTABEAT MUSIC WRITING CONTEST I

Jakartabeat Music Writing Contest I diselenggarakan untuk merayakan ulang tahun kedua Jakartabeat.net, online magazine tentang musik, buku, film, dan ide humaniora yang jatuh pada Selasa, 18 Januari 2011. Program ini direncanakan akan menjadi kegiatan rutin tahunan Jakartabeat.net.

Kompetisi ini diselenggarakan atas kerja sama Jakartabeat.net dengan Yayasan Interseksi. Hingga hari ini, Jakartabeat.net adalah media online volunteer, para kontributor menulis sukarela tanpa imbalan. Kecintaan pada musik dan music writing, minat pada ide-ide humaniora, dan dorongan berbagi menjadi motivasi para kontributor Jakartabeat.net.

Yayasan Interseksi merupakan yayasan non-profit yang fokus pada kajian kultural dan hak minoritas di Indonesia. Kegiatan Yayasan Interseksi di antaranya penelitian, penulisan buku, dan pembuatan film dokumenter bertema budaya.
Link: http://www.interseksi.org.

TENTANG DEWAN JURI

Dewan juri Jakartabeat Music Writing Contest I terdiri dari empat orang, merupakan representasi empat wilayah: praktisi musik, jurnalis, akademisi, dan penulis lepas. Seluruh anggota dewan juri adalah kontributor Jakartabeat.net sendiri.

Anwar Holid, penulis beberapa buku, di antaranya Keep Your Hand Moving: Panduan Menulis, Mengedit, dan Memolesnya (Gramedia Pustaka Utama, 2010). Ia bisa dijangkau di http://halamanganjil.blogspot.com.

Harlan Boer, manajer band Efek Rumah Kaca dan produser Jangan Marah Records yang menaungi band-band indie seperti Bangkutaman; ia juga mantan personil The Upstairs.

M. Taufiqurrahman, wartawan harian berbahasa Inggris The Jakarta Post, rutin menulis tentang musik. Taufiq ikut serta mendirikan Jakartabeat.net. Belum lama berlalu ia menyelesaikan studi pascasarjana di Department of Political Science, Northern Illinois University, Amerika Serikat.

Roby Muhamad, staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Semasa SMA menekuni musik blues. Ia menyelesaikan studi doktoral di Columbia University, New York, Amerika Serikat pada 2010. Bidang keahliannya ialah social network. Roby pernah menjadi anggota tim penelitian bertaraf global, The Small World Project, yang berpusat di Columbia University. Sila lihat Roby menjelaskan riset ini di CNN via http://www.youtube.com/watch?v=V2biPHBGm3c.

Ikuti kami di:
Facebook Page: jakartabeat.net | Twitter: jakartabeat

Copyright © 2009-2012 Jakartabeat.net

Sunday, October 17, 2010


[REVIEW PRODUK]

Perekam Suara Digital ICR-FP550 Sanyo
---Anwar Holid

Dengan menunda kewajiban bayar tagihan rutin bulan Oktober 2010 ini, aku membeli perekam suara digital (digital voice recorder) untuk menunjang karir. Aku berharap perabot ini memudahkan pekerjaan, karena faktanya berkali-kali selalu ada fase aku harus menggunakan alat seperti itu, yaitu ketika wawancara atau merekam pembicaraan. Biasanya alat ini disediakan klien atau pemilik proyek, sampai terakhir kali aku kesulitan mendapatkan saat butuh untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan memilikinya, aku siap merekam atau wawancara kapan saja.

Awalnya aku ingin barang yang sudah biasa aku gunakan, yaitu alat keluaran pabrik S. Tapi karena harganya meningkat tajam dari info yang aku dapat dan spesifikasinya juga berlebihan, akhirnya aku beli barang ini, yang harganya Rp.750.000,-

"Ini biasanya dipakai mahasiswa dan dosen, pak," promo penjualnya. Oh, jadi aku disangka mahasiswa atau dosen, bukan profesional atau wartawan. Aku mengira mungkin para wartawan asli dia tawari produk S itu. Tapi ah, aku juga biasa menggunakan benda itu kok.

Penjual menerangkan keunggulan dan memperagakan penggunaannya. Di tangannya, semua berjalan lancar. "Ini juga bisa menjadi mp3 player," tambahnya. Sebenarnya, selain mp3, alat ini bisa memainkan file wma (file audio standar dari Microsoft).

Pada dasarnya aku enggak butuh mp3 player; jadi aku anggap kemampuan itu sebagai bonus. Dengan begitu sekarang aku akan bisa dengar lagu lagi kalau sedang ada di angkot atau tengah di jalan---seperti dulu kala masih punya Walkman atau Diskman. Ini cukup menyenangkan. Beberapa bulan lalu aku survey harga iPod, dan menurutku harganya terlalu mahal hanya untuk mendengar lagu.

Setelah mengutak-atik mode penggunaan dan baca manual, alat ini cukup mudah digunakan. Mungkin awalnya terasa agak ribet, tapi dalam beberapa kali percobaan, gampang dikuasai. Kalau sedang merekam, dengan pencet tombol rekam, ia otomatis jadi "pause", dan kalau pencet "stop" langsung jadi satu file save. Hasilnya berupa file mp3 dengan kualitas suara memuaskan dan bisa dibuat dalam tiga mode. Dengan kapasitas 1 GB, kita bisa merekam apa saja untuk waktu yang lama. Alat ini merekam file secara otomatis ke dalam enam folder yang sudah disediakan. Di satu folder kita bisa merekam sampai 99 file; ia total bisa menyimpan 594 file di semua folder.
______________________________________
DETAIL PRODUK

ICR-FP550
Jenis: perekam suara digital (digital voice recorder)
Produsen: Sanyo
Power: batere AAA x 2
Loudspeaker: 28 mm dia.
Dimensi: 46 x 98 x 19 mm
Berat: 40 g (tanpa batere)

KEUNGGULAN
* bisa menjadi stereo media player (file mp3 & wma)
* ada colokan untuk mik eksternal
* bonus sepasang batere AAA alkalin

KELEMAHAN
* enggak ada earphone
* lelet mengopi file mp3/wma dari komputer
______________________________________

Soal mp3 playernya, ICR-FP550 ini hanya bisa memainkan file dari dalam folder MUSIC, tidak bisa memainkan dari folder lain, meskipun di subfolder MUSIC yang sebenarnya bisa kita bikin sendiri dari komputer. Jadi ia hanya bisa memainkan file satuan yang disimpan di folder ini. Kalau mau memainkan satu album secara utuh dan berurut, kita harus mengaturnya secara manual, agar nanti terdengar secara sekuensial.

Kualitas suara mp3 playernya standar. Artinya, ini seperti Walkman biasa tanpa equalizer. Suara terdengar jelas, tapi enggak bikin kita tertegun karena sangat jernih atau canggih berkat hasil pabrikan yang hebat. Tapi minimal alat ini bisa menyetel album atau lagu favorit kamu.

Yang paling butuh kesabaran dari alat ini ialah bila kita mengopi file mp3/wma ke folder MUSIC, leletnya minta ampun. Rasanya lambat sekali. Entah kenapa begitu, padahal kalau kita mengopi file hasil rekamannya, kinerja normal. Dengan tuntutan akan kecepatan yang luar biasa di zaman ini, rasanya keterlaluan bahwa untuk mengopi file satu album saja kita butuh waktu beberapa puluh menit.

Secara keseluruhan alat ini memuaskan. Aku sudah menggunakannya di dua keperluan. Pertama di aula GKI Taman Cibunut, Bandung, tempat diskusi novel Only a Girl (Lian Gouw) yang menghadirkan sang penulis bersama Remy Sylado; kedua wawancara dengan Hari Utomo dari Planet Sains di Taman Ganesha. Hasilnya bagus; daya tangkapnya hebat. Aku bersyukur punya alat ini. Sekarang giliran pikir-pikir bagaimana cara membayar tagihan bulanan yang tertunda.[]

Anwar Holid bekerja sebagai penulis & editor. Buku barunya ialah Keep Your Hand Moving (GPU, 2010).

KONTAK: wartax@yahoo.com | http://halamanganjil.blogspot.com

Monday, October 11, 2010


[HALAMAN GANJIL]
Doa dan Masalah dengan Tuhan
---Anwar Holid

Ilalang (10 tahun) baru saja melihat aku selesai berdoa di atas sajadah. Mungkin dia memperhatikan aku sejak shalat beberapa menit lalu. Sambil melipat sajadah, kami bertatapan.
"Yah, apa aja yang ayah doakan kalau habis shalat?"
"Banyak Lang. Ayah bersyukur, mohon ampun, berusaha biar lebih tabah, tambah sabar, dan kuat, juga berdoa biar tambah rezeki, diberi kecukupan, dan lain-lain."
"Apa ayah mau tambah kaya?"
"Ya iya dong!"
"Tapi bukannya banyak orang yang setelah kaya jadi lupa diri?"

Ha ha ha... aku ngakak, terus bilang, "Wah, banyak juga kok orang kaya yang bersyukur. Banyak teman ayah yang kaya, dan menurut ayah mereka baik. Suka menyumbang atau memberi sebagian rezekinya ke orang lain, bahkan ngasih ke kita juga."

Percakapan itu entah kenapa secara acak segera membuatku memikirkan betapa kisah tentang para nabi memperlihatkan karakter manusia yang amat beragam, baik secara fisikal maupun psikologi. Aku sudah beberapa lama mencari-cari tahu dari bacaan mengenai hal itu. Sebagian nabi ada yang sangat miskin, misalnya Isa dan Ayub (kala dia jatuh miskin), namun ada juga yang jumlah kekayaannya terlalu sulit kita bayangkan wujudnya, seperti dalam kehidupan Sulaiman dan Daud. Aku pernah baca kisah Isa yang tidur berbantalkan batu. Ini mencengangkan bila dibandingkan bahwa aku yang kerap merasa nelangsa ini sudah punya rumah, kasur, dan bantal empuk. Sebagian nabi hidup membujang, misalnya Isa dan Yahya, banyak istri (Muhammad, Sulaiman), merantau ke negeri jauh dan mengalami fase hidup yang drastik (Yusuf, Ibrahim, dan Musa), dan berbagai karakter lain. Bahkan kalau aku baca dari literatur Katolik maupun Kristen (Nasrani) ada nabi yang peragu, pemarah, pernah berselingkuh. Ini hebat. Mereka semua punya sifat yang sangat manusiawi.

Aku ingin suatu saat bisa merefleksikan kondisi fisik dan mental orang-orang hebat itu ke dalam kepribadian manusia kontemporer. Kualitas mereka kan macam-macam. Aku sendiri belum tahu muaranya akan ke mana pikiran seperti itu. Cuma aku agak yakin ada sesuatu yang istimewa dari sana, entah karena mereka punya kualitas nabi---yaitu mulia & bersifat ilahiah---atau karena itu akan memperlihatkan sejumlah sifat manusia yang fluktuatif, yakni membuktikan ada sifat profan (bersifat duniawi) yang berpadu dengan bagaimana mereka berusaha tabah, tobat, bangkit lagi, termasuk beriman (sangat yakin) pada sesuatu yang dinilai orang lain tampak absurd.

Aku bukan orang yang punya koneksi langsung dengan Tuhan. Maksudku, aku belum pernah menatap cahayanya, bercakap-cakap dengan dia, langsung menerima wahyu dari dia, atau bahkan menerima sms dari dia. Aku enggak punya nomor hp dia bila terdesak butuh sesuatu. Aku juga sadar bahwa Tuhan juga kayaknya enggak akan mengubah isi rekening bankku jadi trilyunan rupiah, kecuali ada seorang koruptor atau makelar kasus salah melakukan cuci uang. Aku hanya mengandalkan keyakinan halus dan purba pada Tuhan yang ada di dalam hatiku. Aku bukan Fahri bin Abdullah Shiddiq. Aku bahkan kadang-kadang dengan ketus dicap tidak beriman oleh orang tertentu. Tapi semua itu tidak membuat aku jadi punya masalah dengan Tuhan. Aku hanya punya masalah tertentu dengan sesama manusia dan kehidupan di dunia ini. Karena itulah aku masih berdoa. Aku pada dasarnya juga enggak punya masalah dengan keyakinan menjalani hidup, tapi aku punya masalah dengan uang dan biaya. Karena itulah aku masih berdoa. Terus, apa aku berdoa minta uang? Tidak. Aku hanya minta rasa cukup, kewarasan, dan ketabahan menjalani kehidupan. Aku ingin berani menghadapi orang yang intoleran, karena tahu mereka suka melakukan kekerasan secara sembarangan dan mencederai orang lain. Benih-benih sejenis itulah yang aku minta.

Dalam renungan mengenai Tuhan dan kebahagiaan di buku You Are Not Alone (Elex Media, 2010, 252 hal.), Arvan Pradiansyah menulis tiga hal tentang salah berdoa, yaitu doa yang bakal ditolak Tuhan. Pertama, bila kita berdoa justru untuk meminta buah, bukan benih. Buah adalah akibat, sementara benih adalah sebab. Kedua, bila orang berdoa tanpa punya tujuan lain selain untuk kepentingan diri sendiri. Sebuah doa tanpa rencana akan gagal meyakinkan Tuhan untuk apa manfaat dari permintaan itu. Ketiga, doa tidak terkabul karena kita sering salah meminta. Misal ketika menghadapi sesuatu yang ingin kita ubah, kita malah berdoa meminta "ketenangan", bukannya "keberanian."

Kalau tahu persis dan benar-benar yakin, sebenarnya apa yang dilarang diminta pada Tuhan? Kalau Tuhan berkehendak, kita mau apa? Kalau dia mau kocok-kocok dunia untuk bikin gempa bumi atau kiamat, bukankah alam semesta ini miliknya? Bukankah dia Mahakuasa? Jangankan jodoh, ingin tambah kaya, minta keselamatan dunia-akhirat, atau rekening jadi lokasi tempat cuci uang, minta kerajaan saja akan Tuhan kasih. Sulaiman, seorang manusia di zaman dulu yang darah dan dagingnya sama-sama punya nafsu, hasrat, dan kuasa seperti kita sekarang ini, pernah berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahilah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorang pun sesudahku." Apa tidak sangat fisikal permintaan itu? Mau tahu, setelah menimbang kualitas pribadi dan permintaan Sulaiman, Tuhan mengabulkan permintaan itu. Hebat!

Manusia mudah sekali keberatan dengan kehidupan orang lain, padahal Tuhan tampaknya baik-baik saja. Dia membiarkan itu terjadi. Manusia suka sekali rewel terhadap keputusan hidup yang diyakini orang lain, dan selalu berhasrat untuk menggantikan sesuai keinginannya, seolah-olah pilihan itu salah. Tuhan membiarkan semua berkembang sesuai tabiat, tapi manusia suka mengatur-atur seakan punya sifat absolut. Tuhanlah yang absolut, tapi manusia suka sekali membeda-bedakan. Karena itu, kenapa kita tidak mendukung saja sesuatu yang jelas-jelas baik bagi orang lain?[]

Anwar Holid bekerja sebagai penulis & editor. Buku barunya ialah Keep Your Hand Moving (GPU, 2010).

KONTAK: wartax@yahoo.com | http://halamanganjil.blogspot.com