Tuesday, January 31, 2017



Kami Memosisikan Diri sebagai Pembaca
yang Butuh Bacaan Bermutu
Wawancara dengan Kun Andyan Anindito, Penerbit Gambang

--Anwar Holid

Penerbit Gambang menyembul ke permukaan industri penerbitan dengan cara yang simpel. Mereka merilis sejumlah buku puisi, berukuran kecil dan tipis, dengan cover eye-catchy, yang bagi banyak calon pembaca seperti merayu ingin disentuh dan dibuka-buka. Penerbit ini seperti hendak membangun brand image yang jelas dan mudah dikenali. Mereka juga kerap mengadakan acara di berbagai toko buku di Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan tempat lain.



Berikut wawancara dengan Kun Andyan Anindito seputar proses penerbitan, bagaimana memilih dan mengelola naskah, juga memelihara kerja sama dengan penulis.

Kun Andyan Anindito.
* Bagaimana awalnya Gambang menerbitkan buku?
Gambang terlahir karena kecintaan kami terhadap buku. Sederhana saja, waktu itu saya dan Rozi Kembara awalnya hanya ingin membaca buku yang ingin kami baca, kebetulan banyak karya yang ingin kami baca belum diterbitkan, terlebih karya luar yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu kami memiliki keinginan memperkenalkan penulis-penulis luar negeri yang namanya jarang didengar di Indonesia. Sementara ini kami memang baru bisa menerbitkan dua terjemahan, Borges dan Rulfo. Borges memang sudah sangat familiar untuk pembaca Indonesia, meski begitu karyanya masih sedikit yang baru diterjemahkan. Sedangkan Rulfo adalah penulis yang banyak mempengaruhi penulis lain padahal seumur hidupnya dia hanya menerbitkan dua buku, satu novel dan satu kumpulan cerpen. Untuk itulah kami menerbitkan novelnya yang berjudul Pedro Paramo beserta 6 cerpennya. Di awal penerbitan kami memang fokus kepada penulis lokal karena salah satu misi kami adalah menerbitkan karya penulis yang belum pernah memiliki buku tunggal, padahal secara kualitas penulis tersebut sudah layak menerbitkannya. Penulis yang kami maksud antara lain Yopi Setia Umbara, Nissa Rengganis, Aprinus Salam, Mira MM Astra, Zulkifli Songyanan, Risda Nur Widia. Nama penulis berikutnya yang segera akan menerbitkan karya pertamanya adalah Indrian Koto, Nermi Silaban, Mutia Sukma, dan Rozi Kembara. Berawal dari hal itulah kami muncul ide untuk membuat sebuah penerbitan.

* Mengapa Gambang seperti mengambil ceruk yang sangat spesifik, yaitu penerbitan buku puisi?
Sebenarnya kami tidak spesifik dalam menerbitkan genre karya sastra, namun kami lebih sering menjumpai naskah puisi dibanding prosa seperti cerpen atau novel. Karena sering berjumpa dengan puisi itulah kami akhirnya memutuskan untuk memberi porsi lebih pada buku puisi.

* Bagaimana Gambang menyeleksi naskah dan memutuskan untuk menerbitkannya?
Gambang menyandarkan sepenuhnya pada kualitas karya tersebut. Pertimbangan lain yang juga sangat diperhitungkan adalah rekam jejak penulis tersebut di media masa.

* Bagaimana cara Gambang menilai/memutuskan bahwa naskah layak diterbitkan?
Tim penyeleksi dari kami ada tiga orang: saya, Yopi Setia Umbara, dan Rozi Kembara. Setiap dari kami memiliki selera masing-masing. Jika dua di antara tiga orang setuju, maka naskah akan diterbitkan.

* Apa yang paling utama dilihat/diperhatikan oleh Gambang dalam menerbitkan buku: keterjualan atau kekuatan naskah? Bagaimana mengukur kedua hal itu?
Kami percaya bahwa kekuatan naskah berbanding lurus dengan terjualnya buku. Kami sudah membuktikannya berkali-kali ketika menerbitkan karya-karya awal penulis yang kami sebutkan di atas. Karya-karya penulis seperti Nissa Rengganis, Mira MM Astra, Yopi Setia Umbara telah masuk cetakan kedua, yang lainnya hanya tinggal menunggu waktu. Buku karya Nissa Rengganis mendapat penghargaan di Hari Puisi Indopos tahun 2015, sedangkan buku kumpulan cerpen Risda Nur Widia, yang juga merupakan buku pertamanya, mendapat penghargaan dari Balai Bahasa Yogyakarta.

* Bagaimana Gambang memperkirakan keterjualan sebuah buku?
Kami mencetaknya dengan dengan oplah terbatas, antara 300 sampai 500. Karena rata-rata buku akan terjual sejumlah itu tiap tahunnya. Jika habis, segera kami cetak ulang dengan oplah kurang-lebih sebanyak itu.

* Apa Gambang sengaja memilih penyair atau penulis tertentu untuk diterbitkan naskahnya?
Tentu saja. Kami akan memprioritaskan karya penulis yang sesuai dengan selera kami bagi penulis yang mengirim naskahnya ke redaksi kami. Untuk penulis yang sangat kami inginkan naskahnya agar berkenan diterbitkan di Gambang, kami berupaya untuk mendapatkannya. Untuk itu kami sangat bersyukur karena Acep Zamzam Noor dan Agus Noor mengizinkan naskahnya diterbitkan di Gambang.

* Tantangan apa saja yang dihadapi Gambang? Bagaimana cara menyiasati dan menanganinya?
Satu-satunya tantangan yang dihadapi Gambang adalah mempertahankan reputasinya sebagai penerbit serius. Cara menyiasatinya dengan menjaga kualitas karya yang diterbitkan. Kami tidak ingin mengecewakan pembaca, karena kami sendiri selalu memposisikan diri sebagai pembaca.
Diskusi Pinara Pitu di GIM Bandung.
* Bagaimana Gambang mendistribusikan dan menjual bukunya?
Kami memiliki reseller yang sangat selektif dalam memilih buku yang ingin mereka beli. Mereka tersebar di berbagai kota. Di Jogja ada JBS, Pocer, Mojok, Stand Buku. Di Jakarta ada Post Santa dan Demabuku. Di Medan ada Umbara Books. Di Bandung ada Toco. Di Malang ada Griya Pelangi. Di Makassar ada Pelangi Ilmu. Di Ambon ada Ksatria Book. Seluruhnya adalah toko buku online.

* Bagaimana hubungan editor dan penulis/penyair di Gambang? Seperti apa kerja sama yang dibangun?
Editor akan rutin menghubungi penulis terutama dalam hal pembahasan naskah. Mulanya penulis mengirim naskah ke redaksi dan langsung dibaca oleh editor, lalu setelahnya mengirimkan balik ke penulis hingga mencapai kesepakatan antara penulis dan penerbit yang diwakili editor.

* Program apa yang dibuat Gambang untuk mempromosikan bukunya?
Kami rutin membuat sistem preorder dengan memberikan diskon hinggal 15% kepada pembeli. Program baru yang awal bulan ini selesai kami kerjakan adalah pemberian workshop secara gratis kepada pembeli buku Rahasia Dapur Bahagia karya Hasta Indriyana, yang sekaligus menjagi pengisi workshop.

* Bagaimana Gambang memandang penerbit mapan yang juga menerbitkan buku puisi?
Kami selalu menganggap penerbit lain, baik indie atau mayor, dalam atau luar negeri, sebagai bahan referensi kami. Kalau buku yang mereka terbitkan baik, maka kami akan mencontohnya. Jika buku yang diterbitkan buruk, maka cukup penerbit itu saja yang menerbitkannya.

* Seperti apa Gambang memperlakukan penulisnya? Mereka dianggap sebagai aset perusahaan atau komoditas? Servis apa yang diberikan Gambang pada mereka?
Kami memperlakukan penulis selayaknya penulis harus diperlakukan, misalnya membayar royalti sebesar 20% dari harga jual secara cash tepat ketika buku selesai cetak. Jika penulis berkenan membantu penjualan bukunya, penerbit akan memberikan 30 % dari harga cetak, sehingga jika ditotal penulis akan mendapatkan pembayaran sebesar 50 % dari harga jual.
Workshop menulis puisi bersama Hasta Indriyana.

* Apa Gambang 'memelihara' penulis? Dalam arti mempertahankan agar terus bisa menerbitkan karya-karya berikutnya dan tidak beralih ke penerbit lain? Apa yang dilakukan Gambang untuk 'mengikat' para penulisnya agar juga mau terus menerbitkan karyanya di Gambang?
Kami tidak pernah memaksa penulis untuk menerbitkan buku di Gambang. Kami hanya bisa mengupayakan, jika memang penulis tersebut tidak berkenan memberikan naskahnya, maka kami juga tidak akan memaksa.

* Jika penulis Gambang kemudian menerbitkan buku di penerbit lain, dengan kemasan produk yang lebih bagus atau garapan yang tak dapat disediakan Gambang, kira-kira apa tanggapan Gambang?
Sandaran kita adalah kualitas naskah tersebut. Jika penulis Gambang kemudian menerbitkan buku di penerbit lain, dengan kemasan produk yang lebih bagus atau garapan yang tak dapat disediakan Gambang, kami akan turut senang, senang karena kemasannya bagus, dan senang karena naskah yang kami cari dari penulis tersebut telah kami terbitkan.

* Seperti apa Gambang menanggapi gerakan literasi yang dikampanyekan pemerintah? Apa gerakan tersebut berpengaruh pada siasat perusahaan?
Kami rasa pemerintah belum menggerakkan literasi dengan serius, jadi kami juga tidak perlu menanggapinya secara serius.

* Tahun 2017 Gambang merencanakan apa? Kira-kira seperti apa kondisi penerbitan buku puisi tahun ini?
Minimal kami akan melakukan apa yang telah kami lakukan di tahun-tahun sebelumnya dengan konsisten menerbitkan buku-buku bermutu. Kami rasa, penerbitan puisi masih akan sama dengan tahun-tahun sebelumnya, beberapa penerbit masih takut menerbitkan buku puisi. Tapi semoga kami keliru, karena sekali lagi, kami juga memposisikan diri sebagai pembaca yang butuh banyak referensi bacaan bermutu.[]

Foto-foto milik Penerbit Gambang.

Link terkait:
Alamat Penerbit Gambang
Perum Mutiara Palagan B5, Sleman, Yogyakarta 55581
Telepon: +6285643039249

*****


No comments: